Foto : Peneliti Indonesian Politic, Economic, and Policy Institute (IPEC), Bramantyo Bontas.
Agronews.id, Jakarta - Peneliti Indonesian Politic, Economic, and Policy Institute (IPEC), Bramantyo Bontas menyebut sikap kritik yang disampaikan Guru Besar IPB, Dwi Andreas Santosa terhadap pembangunan sektor pertanian saat ini patut diduga memiliki dasar dan muatan politik berbeda karena narasi yang dibangunnya selalu bersifat tendensius.
“Setiap dia (Andreas) kritik pasti akan ada muatan politik atau narasi lain. Padahal itu kan cara lama yang sebenarnya publik juga sudah tahu,” ujar Bontas, Senin, 6 Januari 2025.
Menurut Bontas, program swasembada yang digagas Presiden Prabowo saat ini sudah sangat jelas yaitu meningkatkan produktivitas nasional secara besar-besaran. Selain itu, pemeirntah juga telah memiliki komitmen terhadap pembukaan lahan baru atau cetak sawah dan juga optimasi lahan rawa atau oplah.
Seperti diketahui, program swasembda sudah memiliki blue print jangka panjang yaitu dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi adalah melakukan pengoptimalan pada lahan eksisting dengan intervensi benih unggul, pupuk, mekanisasi dan juga pompanisasi. Sedangkan ekstensifikasi dilakukan melalui cetak sawah baru di sejumlah Provinsi.
“Dengan begitu impor yang selama ini dilakukan secara otomatis dapat ditekan. Bahkan pemerintah sudah berkomitmen tahun ini tidak ada kebijakan impor. Artinya apa? Program swasembada ini sudah sangat jelas,” katanya.
Bontas menambahkan bahwa program swasembada tidak bisa dilihat dari satu sisi seperti yang Andreas katakan. Swasembada kata dia memiliki banyak argumentasi yang dapat dijadikan rujukan.
“Namun yang pasti swasembada itu adalah ketika sebuah negara memiliki kemampuan pangan yang cukup bahkan berlebih untuk dilakukan ekspor,” katanya.
Untuk itu, Bontas meminta agar Andreas berbicara secara proporsional karena sektor pertanian tidak bisa dibaca hanya dari pikirannya saja. Baginya, pertanian saat ini sudah memiliki kemajuan luar bisa, di mana hampir semua komoditas memiliki lonjakan peningkatan produksi yang cukup besar.
“Bicara sesuai fakta saja jangan asumsi pribadi. Itu namanya menggiring opini agar masyarakat terbelah. Jangan mengganggu pertanian yang saat ini sudah ada di jalan yang benar. Pupuk cukup, benih melimpah, mekanisasi dimana-mana. Mari kita dukung bersama untuk Indonesia yang jauh lebih kuat,” katanya.
Sebelumnya Pengamat politik dan kebijakan publik dari Pusat Kajian Politik dan Kebijakan Publik (PKPK), Saiful, menyoroti bagaimana Dwi Andreas pernah “mendadak bisu” sebagai pengamat pertanian setelah mendapatkan proyek senilai lebih dari Rp5 miliar pada tahun 2022. Proyek tersebut berfokus pada pemetaan komoditas hortikultura bersama Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan.
Menariknya, pada 2023, Dwi Andreas kembali meneken kontrak untuk proyek Swakelola Pengembangan Lahan Pertanian Produktif bersama Direktorat Perlindungan dan Penyediaan Lahan Kementan. Pola yang terlihat jelas: ketika proyek berjalan, kritik mereda; ketika akses terhadap proyek terputus, kritik kembali membanjiri ruang publik.
Jejak kontroversial Dwi Andreas tidak hanya berhenti pada proyek-proyek tersebut. Pada tahun 2017, AB2TI yang dipimpinnya menjalin kerjasama dengan Balai Besar (BB) Padi Kementan dalam rangka pemuliaan varietas dan produksi benih padi. Namun, proyek tersebut akhirnya dihentikan oleh Kementan.
Namun kerjasama yang seharusnya berjalan selama tiga tahun itu akhirnya dihentikan di tahun pertama. Hal ini menunjukkan adanya ketidaksiapan dan ketidakmampuan AB2TI dalam menjalankan tanggung jawabnya.
Alih-alih memberikan kritik berbasis data dan saran konstruktif, Dwi Andreas justru terlihat membangun narasi swasembada pangan seenaknya. Kritiknya lebih terlihat seperti upaya untuk menggiring opini publik demi merusak citra program swasembada yang saat ini tengah diupayakan keras oleh Kementerian Pertanian di bawah kepemimpinan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
“Jangan-jangan sekarang kritiknya yang gaduh ini hanya upaya untuk mencari panggung, demi kembali dilibatkan dalam proyek bernilai besar di Kementerian Pertanian,” jelas Saiful.
© 2021 AgroNews.id. All Rights Reserved.