Foto : Percepatan olah tanah dan gerakan pengendalian OPT yang dihadiri Kementan ini juga dilakukan di Desa Sirnajaya, Kec. Tarogong Kaler, Kab. Garut.
Agronews.id, Tasikmalaya – Terus menggiatkan percepatan tanam periode musim tanam II tahun ini, Kementerian Pertanian RI (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan turun langsung melakukan percepatan olah tanah sekaligus gerakan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan penyakit tanaman. Meski hari libur, Kementan turun ke lapangan melanjutkan upaya menjaga produksi pangan nasional ini di Kabupaten Tasikmalaya dan Garut, Jawa Barat (9/5).
Turun langsung mendampingi kelompok tani Mekar Jaya Desa Nangerang Kec. Cigalontang, Tasikmalaya, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menghimbau agar lahan-lahan yang masih bera dapat segera diolah dan ditanami mumpung masih ada air. “Dan untuk lahan yang sudah panen, agar segera diolah. Jeraminya jangan dibakar tapi dibalik dan ditambahkan dekomposer agar cepat menjadi kompos. Kenapa, karena jerami ini kandungan bahan organiknya sangat tinggi,” tutur Suwandi.
“Di sini semua petani bergerak, melakukan gerakan pengendalian bakteri hawar daun atau penyakit kresek dengan menggunakan agens pengendali hayati Paenibacillus polymyxa, buatan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tasikmalaya. Semoga selanjutnya petani bisa mengembangkan sendiri karena ini efektif untuk mengendalikan penyakit kresek dan juga blas,” lanjut Suwandi. Gerakan pengendalian OPT ini dilakukan pada hamparan dengan tanaman umur 45 hst.
Suwandi pun menambahkan bahwa pemanfaatan jerami dan agens pengendali hayati ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelestarian agroekosistem. Hal ini sesuai dengan pesan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman yang menyatakan bahwa dalam berbudidaya, kita harus tetap memperhatikan keseimbangan alam agar tercapai pertanian yang berkelanjutan.
Selaras, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Rachmat yang juga turut hadir menyampaikan bahwa upaya mengamankan produksi dari serangan OPT dimulai dari pra-tanam. “Lakukan olah tanah dengan baik, artinya singgang maupun jerami hendaknya dibalik, dibenamkan ikut dibajak. Selain agar cepat menjadi kompos, ini juga salah satu upaya untuk menghilangkan sumber-sumber serangan OPT di pertanaman sebelumnya. Lakukan juga seleksi benih, dilanjutkan perendaman benih dengan agens pengendali hayati, yaitu Paenibacillus polymyxa agar tanaman meningkat ketahanannya dari OPT,” terang Rachmat.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kab. Tasikmalaya, Tatang Wahyudin menyambut baik arahan Kementan ini sebagai upaya untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas produksi saat panen nanti. “Kita harus serius untuk mengembangkan pertanian yang ramah lingkungan yang terbukti lebih efektif, efisien serta dapat menurunkan biaya produksi,” ujar Tatang.
Koordinator Satuan Pelayanan BPTPH Wilayah V Tasikmalaya, Syarifudin mengungkapkan bahwa pihaknya siap mendukung kebijakan Pusat yang mengutamakan pengendalian OPT secara ramah lingkungan. “Sesuai tugas dan fungsi, kami siap menyuplai kebutuhan agens pengendali hayati maupun pestisida nabati di wilayah kami. Selain itu, petugas kami dan POPT di lapangan juga siap mendampingi petani serta memberikan bimbingan teknis kepada petani demi mengamankan pertanaman dari serangan OPT,” pungkas Syarif.
Selain di Kab. Tasikmalaya, percepatan olah tanah dan gerakan pengendalian OPT yang dihadiri Kementan ini juga dilakukan di Desa Sirnajaya, Kec. Tarogong Kaler, Kab. Garut. Turut hadir Kepala Dinas Pertanian Kab. Garut, Pasiter Kodim 0611/Garut, Babinsa, Bhabinkamtibmas, petugas POPT dan Penyuluh Pertanian.
© 2021 AgroNews.id. All Rights Reserved.