Foto : Kementan melakukan pengecekan pertanaman sekaligus bimbingan teknis (bimtek) pengendalian hama penyakit tanaman kepada petani setempat (16/5).
Agronews.id, Blora - Merespon terjadinya kerusakan tanaman padi yang dilaporkan karena serangan hama dan penyakit di Desa Mojorembun Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora, Kementerian Pertanian (Kementan) bergerak cepat menurunkan tim ke lapangan. Melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, tepatnya Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Kementan melakukan pengecekan pertanaman sekaligus bimbingan teknis (bimtek) pengendalian hama penyakit tanaman kepada petani setempat (16/5).
Turut bergabung bersama Kementan kali ini tim dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Pertanian Kabupaten Blora. Sebagai tindak lanjut dari laporan serangan wereng coklat dan tikus di wilayah ini, tim memberikan bimtek kepada petani untuk mengamankan pertanaman pada musim tanam berikutnya dari serangan hama tersebut. Bimtek yang bertempat di BPP Kecamatan Kradenan ini diikuti oleh perwakilan petani dari Desa Mojorembun, petugas Babinsa setempat dan desa-desa disekitarnya, serta perwakilan petugas dari Kecamatan Kedungtuban, dan Cepu.
Menanggapi hal ini, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mennyampaikan bahwa pemerintah pusat selalu berkomitmen untuk hadir mendampingi petani saat ada kendala seperti ini. "Tentunya untuk ini (pengamanan produksi-red) juga tidak terlepas dari peran pemerintah pusat dan daerah, petani, serta para pelaku usaha untuk bersama-sama bergotong royong secara aktif mengamankan produksi padi. Upaya-upaya preventif atau pencegahan harus kita kedepankan karena mencegah tentu lebih baik daripada mengobati," terang Suwandi.
"Pengenalan dan pemahaman oleh petani mengenai hama penyakit tanaman dan cara pengendaliannya yang benar harus kita tingkatkan. Kalaupun kemudian terjadi serangan hama maupun penyakit, petani dapat mengendalikannya sejak awal sehingga masih memungkinkan dengan cara-cara yang ramah lingkungan," imbuh Suwandi.
Sementara itu, Rachmat, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan turut menegaskan bahwa semua pihak wajib ikut bertanggungjawab dalam pengamanan produksi khususnya dalam pengendalian hama penyakit tanaman atau yang disebut juga Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). “Kami langsung bergerak berkoordinasi dengan daerah dan petugas POPT begitu ada laporan serangan OPT di Blora ini. Kita semua berperan aktif dalam pengendalian OPT sesuai amanat UU. Tim kami bersama tim daerah dan POPT turun langsung ke lapangan untuk melakukan langkah-langkah pengendalian yang diperlukan,” jelas Rachmat.
Rachmat pun menambahkan bagi petani yang mengalami gagal panen, akan diupayakan bantuan benih dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dengan demikian, petani dapat lebih termotivasi untuk memulai musim tanam berikutnya.
Pernyataan Suwandi dan Rachmat tersebut selaras dengan arahan Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman agar seluruh stake holder pertanian berkolaborasi, menyatukan segala upaya untuk mengamankan produksi pangan agar dapat mencapai target produksi yang telah ditetapkan dan mewujudkan swasembada pangan nasional.
Kepala Dinas Pangan, Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Kabupaten Blora, Ngaliman menyatakan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi langkah-langkah pengamanan produksi padi dari serangan hama penyakit yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat. "Untuk melengkapinya, saat ini kami tengah merancang dan menggodok kegiatan yang dapat mendobrak kebiasaan petani dalam mengendalikan hama tikus yang tidak aman. Wilayah kami sebagian memang endemis serangan tikus, dan para petaninya banyak menggunakan cara pengendalian tikus yang berbahaya, yaitu aliran listrik. Hal ini yang akan kami ganti dengan cara yang lebih aman namun efektif”, tutur Alim, sapaan akrabnya.
Kepala BPTPH Provinsi Jawa Tengah, Herawati Prarastyani, mengatakan bahwa pihaknya terus mengarahkan para petugas POPT di wilayah kerjanya untuk melakukan pengamatan dengan intensif dan mengawal petani untuk melakukan upaya pengendaliannya saat diperlukan. "Dan untuk meningkatkan kualitas petugas POPT yang baru, kami akan memberikan bimtek pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT”, ungkap Hera.
Lebih lanjut disampaikan oleh Koordinator POPT Kabupaten Blora, Isna, bahwa wilayah Kecamatan Kradenan merupakan endemis beberapa OPT sehingga pihaknya berharap para petani dapat secara aktif memberikan informasi adanya serangan OPT di pertanamannya. “Karena terbatasnya petugas POPT kami, yang mana seorang petugas POPT mengamati tiga kecamatan, maka kami sangat berharap partisipasi para petani untuk secara aktif memberikan informasi terkait adanya serangan OPT di lahan pertaniannya kepada para petugas, baik POPT maupun PPL, agar dapat segera dilakukan langkah-langkah pengendaliannya secara cepat dan tepat.,” tutup Isna.
(Kontributor Suparni, S.P., M.Sc. dan Wiwik Sugiharti, S.P., M.Sc.)
© 2021 AgroNews.id. All Rights Reserved.